pragmatik bab 5

Standar

BAB V
DEIKSIS DAN VARIASINYA

1. Pengertian Deiksis
Deiksis berasal dari kata Yunani kuno deiktikos, yang berarti hal penunjukan secara langsung. Sebuah kata dapat dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata-kata itu (dalam Purwo 1984: 1). Dalam linguistik sekarang kata itu dipakai untuk menggambarkan fungsi kata ganti persona, kata ganti demonstrative, fungsi waktu dan bermacam-macam ciri gramatikal dan leksikal lainnya yang menghubungkan ujaran dengan jalinan ruang dan waktu dalam tindak ujaran (Lyons dalam Purwa 1984: 2). Deiksis merupakan hal atau fungsi yang menunjuk sesuatu di luar bahasa; kata tunjuk pronomina, ketakrifan, dan sebagainya yang mempunyai fungsi deiktis (Kridalaksana 1993: 39). Sedangkan menurut Verhaar (2006: 397), deiksis adalah semantik (di dalam tuturan tertentu) yang berakar pada identitas penutur.
Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri. Kata seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata deiktis. Kata-kata ini tidak memiliki referen yang tetap. Referen kata saya, sini, sekarang baru dapat diketahui maknanya jika diketahui pula siapa, di tempat mana, dan waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Jadi, yang menjadi pusat orientasi deiksis adalah penutur.
Contoh deiksis:
(1) Saya makan, (2) Kamu cantik sekali, (3) Sekarang hujan, (4) Rima ada di sini
Orang yang diacu oleh pronominal saya dalam (1) adalah penutur. Apabila sayalah yang menuturkan (1), maka yang dinyatakan makan itu adalah saya, bila anda, yang dinyatakan makan itu anda. Demikian pula, orang yang diacu oleh kamu dalam (2) adalah orang yang disapa oleh penutur klausa (2), akan tetapi untuk mengetahui siapakah yang disapa itu perlu diketahui identitas penutur. Jadi identitas penutur menjadi “akar” referensi untk baik (1) maupun (2) : secara langsung untuk saya dalam (1), dan secara tak langsung untuk kamu dalam (2). Dalam (3) sekarang mengacu pada saat dituturkannya penuturan ini, dan dalam (4) di sini mengacu pada tempat dituturkannyta penuturan yang bersangkutan.
2. Jenis-jenis Deiksis
Dalam pragmatik, deiksis dibagi menjadi lima jenis meliputi: deiksis orang, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. (http://lisadypragmatik.blogspot.com/2007/07/pragmatik-oleh-sidon.html).
a. Deiksis Persona (deiksis orang)
Menurut pendapat Becker dan Oka dalam Purwo (1984: 21) bahwa deiksis persona merupakan dasar orientasi bagi deiksis ruang dan tempat serta waktu. Deiksis orang memakai istilah kata ganti diri; dinamakan demikian karena fungsinya yang menggantikan diri orang. Bahasa Indonesia hanya mengenal pembagian kata ganti persona menjadi tiga. Diantara ketiga kata ganti persona itu hanya kata ganti persona pertama dan kedua yang menyatakan orang. Kata ganti persona ketiga dapat menyatakan orang maupun benda (termasuk binatang). Referen yang ditunjuk oleh kata ganti persona berganti-ganti tergantung pada peranan yang dibawakan oleh peserta tindak ujaran.
Orang yang sedang berbicara mendapat peranan yang disebut persona pertama. Apabila dia tidak berbicara lagi dan kemudian menjadi pendengar maka ia disebut persona kedua. Orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan disebut persona ketiga. Contoh pemakaian kata saya dan aku, masing-masing memiliki perbedaan pemakaian. Kata aku hanya dapat dipakai dalam situasi informal. Kata saya dapat dipergunakan dalam situasi formal maupun informal. Jadi kata saya merupakan kata tak bermarkah sedangkan kata aku bermarkah keintiman.
b. Deiksis Tempat
Deiksis tempat menyatakan pemberian bentuk kepada tempat, dipandang dari lokasi pemeran dalam peristiwa berbahasa, yang meliputi (a) yang dekat dengan pembicara (di sini); (b) yang jauh dari pembicara tetapi dekat dengan pendengar (di situ); (c) yang jauh dari pembicara dan pendengar (di sana). Di bawah ini masing-masing contohnya:
(a) Duduklah bersamaku di sini!
(b) Letakkan piringmu di situ!
(c) Aku akan menemuinya di sana.
c. Deiksis Waktu
Deiksis waktu berkaitan dengan pengungkapan jarak waktu dipandang dari waktu suatu tuturan diproduksi oleh pembicara: sekarang, kemarin, lusa, dsb. Contoh:
(a) Nanti sore aku akan datang kerumahmu.
(b) Bulan Juni nanti jumlah pengunjung mungkin lebih meningkat.
Kata nanti apabila dirangkaikan dengan kata pagi, siang, sore atau malam tidak dapat memiliki jangkauan ke depan lebih dari satu hari. Dalam rangkaian dengan nama bulan kata nanti, dapat mempunyai jangkauan ke depan yang lebih jauh.
d. Deiksis Wacana
Deiksis wacana yang berkaitan dengan bagian-bagian tentang dalam wacana yang telah diberikan dan atau yang sedang dikembangkan: (a) anafora: yang pertama, berikut ini, dsb; (b) katafora: tersebut,demikian, dsb.
Contoh anafora:
Film November 1828 bisa dibuat terutama berkat kerjasama dua orang, Nyohansiang dan Teguh Karya. Yang pertama memiliki model dan ingin membuat film lain dari yang lain, sedangkan yang satunya sutradara yang selalu tampil dengan film-film terkenal.
Contoh Katafora:
Pak Suparman (56 tahun) seorang petani gurem yang bermukim di kalurahan Karangmojo, kecamatan Cepu, berkisah demikian: ”Dengan berbagai cara saya berusaha agar dapat meningkatkan produksi gurem dengan kualitas yang baik”.
e. Deiksis Sosial
Deiksis sosial mengungkapkan perbedaan-perbedaan kemasyarakatan yang terdapat antarpartisipan yang terdapat dalam peristiwa berbahasa. Deiksis ini menyebabkan adanya kesopanan berbahasa.

REFERENSI
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka
Verhaar, J.W.M. 2006. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajahmada University Press
http://lisadypragmatik.blogspot.com/2007/07/pragmatik-oleh-sidon.html)

Tinggalkan komentar